Tanaman Herbal Dapat Meningkatkan Sistem Imunitas di Tengah Pandemi COVID-19
Beranda > Artikel > Tanaman Herbal Dapat Meningkatkan Sistem Imunitas di Tengah Pandemi COVID-19
bg-artikle

Tanaman herbal merupakan tanaman yang memiliki khasiat dalam bidang pengobatan untuk meningkatkan kesehatan. Sesuai dengan PMK (Peraturan Menteri Kesehatan) no.6 tahun 2016 tentang Formularium Obat Herbal Asli Indonesia (FOHAI), dikatakan bahwa obat herbal atau tradisional merupakan bahan atau ramuan dari tanaman yang tumbuh dan dibudidayakan di Indonesia dan digunakan secara turun-temurun untuk meningkatkan kesehatan, jadi penggunaan obat herbal ini sudah memiliki dasar hukumnya.

Di era yang serba digital ini banyak beredar informasi mengenai pengobatan COVID-19, salah satunya yaitu obat herbal dapat membunuh virus COVID-19. Faktanya, jika virus COVID-19 sudah masuk ke dalam tubuh maka yang bisa membunuhnya adalah sistem kekebalan tubuh itu sendiri, dan untuk sampai saat ini masih belum ditemukan penelitian yang menyatakan bahwasannya obat herbal dapat membunuh virus COVID-19. Dan sesuai informasi dari FOHAI, obat herbal digunakan sebagai komplemen atau obat pendamping dan bukan sebagai pengganti dari obat konvensional, jadi obat herbal tidak dapat menggantikan posisi obat konvensional pada kasus kegawatdaruratan dan hanya sebagai obat pelengkap atau pendamping saja.

Namun, ada beberapa penelitian praklinis dan klinis yang menunjukkan bahwasannya obat herbal memiliki antioksidan yang dapat digunakan untuk meringankan inflamasi atau peradangan. Ketika terjadi interaksi antara patogen dengan sistem imun maka akan menimbulkan peradangan, seperti panas atau bengkak atau memerah. Dan fungsi dari antioksidan ini adalah untuk meringankan gejala tersebut, juga membantu menurunkan suhu tubuh. Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa obat herbal dapat meringankan gejala penyakit dengan meningkatkan imunitas, tetapi dalam tanda kutip tidak dapat membunuh virus COVID-19.

Di Indonesia sendiri terdapat banyak tanaman herbal asli Indonesia yang memiliki khasiat untuk meningkatkan imunitas atau yang memiliki antioksidan tinggi. Setiap obat herbal memiliki takaran masing-masing agar khasiat yang diharapkan dapat tercapai efek yang diharapkan. Kementerian Kesehatan sudah mengeluarkan Panduan Asmantoga (Asuhan Mandiri Tanaman Obat Keluarga) yang di dalamnya terdapat penjelasan mengenai takaran untuk setiap tanaman herbal. Selain itu juga terdapat penjelasan mengenai cara pembuatannya, hal tersebut untuk mengantisipasi agar masyarakat tidak salah dalam proses pembuatannya sehingga tidak terjadi efek yang tidak diharapkan.

Mitos yang berkembang di masyarakat bahwa jika mengonsumsi obat konvensional itu akan merusak organ, akan tetapi jika kita mengonsumsi obat herbal tidak akan merusak organ . Menanggapi hal tersebut ibu Twoti mengatakan bahwa Obat herbal tidak akan merusak organ apabila dikonsumsi dalam jumlah dan takaran yang sesuai, tetapi apabila tidak dikonsumsi sesuai takaran maka obat herbal juga dapat merusak organ.

Salah satu tanaman herbal yang sudah diteliti bermanfaat dalam meningkatkan imunitas di masa pandemic ini adalah tanaman sambiloto. Penggunaan sambiloto sudah digunakan secara turun-temurun dan sudah dibakukan di dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 6 Tahun 2016 sebagai tanaman herbal yang berkhasiat meringankan gejala ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Atas) seperti batuk, pilek dan peradangan di saluran nafas, serta hipertermia. Sambiloto sudah diuji klinis dan praklinis, dan terbukti meringankan gejala demam, serta bisa menurunkan efek peradangan dari virus COVID-19.

Yang perlu diingat bahwa tanaman sambiloto hanya meringankan gejala penyakitnya bukan sebagai antivirus. Beberapa hal yang harus dilakukan saat mengkonsumsi tanaman herbal, antara lain:

  • Pilih tanaman herbal yang sesuai dengan keluhan yang sudah tercantum dalam Panduan Asmantoga;

  • Pilih yang bermutu, cara melihat tanaman yang bermutu tergantung dari bagian tanaman yang akan digunakan, misal bagian daun maka pilihlah bagian daun yang masih segar, mengkilap, kandungan airnya masih baik, tidak dimakan hama, diproduksi dengan organik tidak menggunakan pestisida dna pupuk-pupuk kimia;

  • Harus memilih alat pengolahan yang tepat. Ketika memanaskan tanaman-tanaman herbal tidak boleh menggunakan panci aluminium, paling baik dengan priuk tanah atau dari keramik yang tidak melepaskan partikel-partikel yang berbahaya ketika tercampur dengan bahan-bahan herbal tersebut. Atau bisa menggunakan panci enamel;

  • Cara memotong herbal juga harus diperhatikan;

  • Suhu ketika memanaskan juga diperhatikan tidak boleh terlalu lama sehingga mengakibatkan zat-zat yang berkhasiat menguap atau hilang dari sediaan yang kita buat;

  • Ketika sediaan tanaman herbal sudah jadi proses penyaringan menggunakan alat saring yang dikhususkan untuk penyaringan sediaan herbal, dalam artian tidak tercampur dengan bahan makanan sehari-hari;

  • Memilih telenan juga harus diperhatikan, jangan memakai telenan kayu yang biasanya melepaskan bagian-bagian kecilnya yang bisa tercampur dengan bahan-bahan tersebut;

  • Harus sesuai dengan takaran, takaran yang dimaksud apakah itu sejimpit, segenggam, seruas, secangkir atau segelas. Takaran tersebut bisa dilihat dalam Panduan Asmantoga;

  • Tepat waktu minumnya, ketika obat herbal tersebut diminum untuk malam hari maka harus diminum saat malam hari;

  • Rutin, karena cara kerja obat herbal berangsur-angsur dan tidak bisa langsung menyembuhkan.

Disamping itu ada beberapa hal yang tidak boleh dilakukan ketika mengkonsumsi tanaman herbal;

  • Ketika sudah berobat dan sedang dalam pengawasan dokter ataupun layanan kesehatan, tidak boleh menghentikan pengobatan konvensionalnya karena sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 6 Tahun 2016 bahwa obat herbal atau tradisional merupakan obat komplementer dari pengobatan konvensional yang sudah dilakukan. Akan tetapi apabila sudah mengkonsumsi obat konvensional dan ingin mengkonsumsi obat herbal dapat disiasati dengan memberikan jarak waktu untuk mengkonsumsi sehingga tidak mempengaruhi kinerja dari obat konvensional;

  • Mencari sediaan herbal yang menjanjikan kesembuhan secara instan dan cepat, hal tersebut tentu harus dihindari karena ditakutkan adanya bahan-bahan.


Ibu Twoti Dika juga berharap semoga penelitian mengenai obat herbal asli Indonesia dapat semakin berkembang agar tidak kalah dengan negara lain. Diperlukan juga adanya suatu peningkatan pada sediaan agar bisa mencapai tahap uji klinis dan praklinis. Sehingga bisa mendapat klaim dari lembaga terpercaya agar dapat digunakan negara lain dalam bentuk yang lebih simple, seperti dalam bentuk fitofarmaka atau bentuk lain yang sudah terstandar, dan tidak lagi berupa rebusan, simplisia kering. Dengan begitu diharapkan obat herbal asli Indonesia dapat menembus pasar-pasar dunia.

sumber: Wawancara dengan ibu apt. Twoti Dika., S. Farm.

Penulis,

Uqbah Abdillah

Kelompok G

Relawan Tim TDKB COVID-19 UNEJ Batch 1 Tahun 2021

DPL: Pratiwi Puspito Andini, S.H., M.H

Terbit tanggal 4 Juli 2021
Covid
Bagikan ke lainnya

Artikel Lainnya
  • Judul Artikel
    Pembaruan Sistem Pelayanan pada UPT Perpustakaan UNEJ di Era Pandemi Covid-19

    2 Juli 2021

    Baca Artikel
  • Judul Artikel
    Kondisi Perekonomian Usaha Kesehatan di Tengah Pandemi

    25 Desember 2021

    Baca Artikel
  • Judul Artikel
    Fakta dan Mitos Seputar Kesehatan Selama Pandemi Antibiotik dan Pengobatan Rumahan Bisa Membunuh Virus Corona ?

    20 Januari 2022

    Baca Artikel
  • Judul Artikel
    Relawan Tim TDKB Covid-19 Lakukan Visitasi Rutin di RSGM Universitas Jember

    8 Juni 2021

    Baca Artikel
  • Judul Artikel
    Visitasi Gedung CDAST oleh Relawan Tim TDKB COVID-19 dalam Upaya Pemutusan Rantai Virus COVID-19

    8 Juni 2021

    Baca Artikel
  • Judul Artikel
    Relawan Tim TDKB COVID-19 Lakukan Visitasi di Gedung Biro Akademik Kemahasiswaan dan Alumni

    8 Juni 2021

    Baca Artikel
  • Judul Artikel
    Relawan Tim TDKB COVID-19 Batch 1 Tahun 2021 Lakukan Visitasi Rutin di Fakultas Hukum Universitas Jember

    15 Juni 2021

    Baca Artikel
  • Judul Artikel
    Cek Kelengkapan Protokol Kesehatan Agrotechno Park Universitas Jember, Relawan Tim TDKB COVID-19 UNEJ Lakukan Visitasi Rutin

    29 Juni 2021

    Baca Artikel