Mental Health dan Bahaya Stigma Sosial pada Pasien COVID-19
Beranda > Artikel > Mental Health dan Bahaya Stigma Sosial pada Pasien COVID-19
bg-artikle

Mental health atau kesehatan mental merupakan kondisi fisik, intelektual, dan emosional yang berkembang secara optimal dan selaras dengan tumbuh kembang seseorang. Berdasarkan wawancara dengan Bapak Ns. Ulul Azmi Iswahyudi S.Kep., M.Kep, beliau menjelaskan mengenai pendapat Prof. Budi yaitu Kita tidak bisa menghindari stres, maka prinsipnya Welcome Stress, I Will Manage You .

Menurut penelitian, 50% kesehatan mental mengarah ke psikologis di masa pandemi COVID-19. Contohnya ketika Indonesia menerapkan PSBB (pembatasan sosial secara besar) yang menyebabkan terbatasnya akses komunikasi secara langsung, ditambah lagi dengan karantina mandiri di rumah. Salah satu dampak dari kondisi tersebut adalah di bidang ekonomi. Masyarakat dihantui dengan kemiskinan dan kematian karena perusahaan-perusahaan mati suri dan terjadi PHK massal.

Selain itu, sering muncul rasa cemas dan kegelisahan yang berlebihan di masa pandemi COVID-19 yang dialami hampir sebagian besar masyarakat Indonesia. Jika hal ini tidak segera ditangani maka dapat mengganggu kesehatan masyarakat, khususnya pada masyarakat yang memiliki riwayat penyakit komorbid, seperti diabetes, hipertensi, jantung apalagi memiliki gangguan menyendiri, depresi, gangguan obsesi kompulsif. Permasalahan tersebut akan memperberat efek dari penyakit COVID-19. Penderita COVID-19, menurut WHO, tidak hanya mengancam secara fisik saja tapi juga secara mental mereka. Gangguan secara mental yang terjadi pada masyarakat selama masa pandemi ini dapat terjadi karena rasa takut akan kematian, kemiskinan, kecemasan, dan isolasi, apalagi ditambah informasi-informasi yang diterima melalui media massa.

Disamping itu, banyak beredar berita negatif mengenai seseorang yang terpapar COVID-19 yang menyebabkan penderita tidak diterima oleh masyarakat. Stigma sosial ini merupakan pengaitan negatif antara seseorang atau sekelompok orang yang memiliki kesamaan ciri dan penyakit tertentu. Dalam suatu wabah, stigma sosial berarti orang-orang diberi label, distereotipkan, didiskriminasi, diperlakukan secara berbeda, dan/atau mengalami kehilangan status karena dianggap memiliki keterkaitan dengan suatu penyakit. Selain penderita COVID-19 yang dikucilkan, keluarga, teman, hingga tenaga kesehatan juga terpengaruh oleh stigma sosial ini. Stigma terkait COVID-19 didasarkan pada tiga faktor utama:

1) COVID-19 merupakan penyakit baru dan masih banyak yang belum diketahui

2) Sebagian masyarakat sering takut akan hal yang tidak diketahui

3) Ketakutan mudah dikaitkan dengan orang lain .

Wajar jika ada kebingungan, kecemasan, dan ketakutan di kalangan masyarakat. Sayangnya, faktor-faktor ini juga memicu stereotip yang merugikan. Hal yang merugikan tersebut dapat menimbulkan stigma sosial yang dapat merusak kohesi sosial dan mendorong terjadinya isolasi sosial terhadap suatu kelompok. Hal ini dapat mengakibatkan masalah kesehatan yang lebih parah dan kesulitan dalam mengendalikan wabah penyakit. Selain itu, stigma sosial menyebabkan:

  • Mendorong seseorang untuk menyembunyikan penyakitnya untuk menghindari diskriminasi, seperti menyembunyikan gejala yang berhubungan dengan COVID-19

  • Mencegah seseorang dalam segera mencari perawatan kesehatan

  • Mencegah seseorang untuk dapat mengadopsi perilaku sehat

Tips Cara Mengatasi Stigma Sosial

Bukti menunjukkan bahwa stigma dan ketakutan seputar penyakit menular menghambat respons, sedangkan tindakan yang dapat membantu adalah membangun kepercayaan pada layanan dan saran kesehatan yang terpercaya, menunjukkan empati kepada seseorang yang terkena dampak, memahami penyakit itu sendiri, dan mengambil langkah-langkah praktis serta efektif sehingga seseorang dapat membantu menjaga diri sendiri dan orang yang mereka cintai agar tetap aman. Cara masyarakat berkomunikasi mengenai COVID-19 sangatlah penting dalam mendukung kesehatan mental antar individu, dan juga berguna untuk mengambil tindakan efektif dalam mengatasi ketakutan dan stigma sosial, sehingga dapat membantu melawan COVID-19. Perlu diciptakan suatu lingkungan di mana penyakit dan dampaknya dapat didiskusikan dan ditangani secara terbuka, jujur, dan efektif. Berikut beberapa kiat tentang cara mengatasi dan menghindari stigma sosial:

  • Pentingnya menggunakan kalimat positif: apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan saat berbicara tentang virus corona baru (COVID-19)

  • Lakukan dan buatlah ide-ide sederhana untuk menghilangkan stigma

  • Kiat dan pesan komunikasi.

Disamping itu beberapa hal yang bisa dilakukan untuk memberikan dukungan mental kepada penderita COVID-19. Tentunya tugas ini membutuhkan kerjasama dari berbagai pihak. Berikut ini merupakan hal-hal yang dapat dilakukan untuk mendukung mental penderita COVID-19.

  • Lawan stigma negatif

Stigma yang salah mengenai COVID-19 ini dapat memperburuk kondisi penderita COVID-19. Mereka akan menyalahkan diri sendiri karena menjadi sumber penularan disekitarnya tidak terkecuali pada orang-orang terkasih. Lawan stigma dengan informasi-informasi yang benar. Masyarakat seharusnya bisa membedakan mengenai fakta dan hoax COVID-19, jika seseorang mengetahui bahwa berita yang tersebar adalah hoax maka orang tersebut dapat menyertakan jurnal terpercaya sebagai acuan untuk mematahkan berita hoax tersebut.

  • Menjadi support system bagi pasien itu sendiri.

Sulit bagi pasien yang sedang dalam masa pemulihan untuk melakukan kegiatan sehari-hari karena karena pemicunya adalah gejala kelelahan yang masih dirasakan. Dalam hal ini orang-orang terdekat berperan penting untuk ikut membantu sehingga pasien memiliki waktu untuk beristirahat secara fisik.

  • Berkomunikasi untuk menghindari kesepian

Kebanyakan penderita COVID-19 merasa kesepian karena diisolasi. Kecemasan itu kerap melanda pada pasien yang sedang menjalani pemulihan. Penderita mungkin merasakan keluarganya dikucilkan meskipun sudah dikatakan negatif. Di sinilah komunikasi berperan penting untuk mendukung mental pasien COVID-19. Komunikasi bisa dilakukan melalui pesan singkat atau melalui media sosial dengan sekedar menanyakan kabar.

  • Mengalihkan pikiran

Saat melihat televisi atau media sosial sebaiknya hindari untuk mencari informasi mengenai COVID-19 secara terus-menerus karena dapat menimbulkan kekhawatiran. Selain itu, mengalihkan pikiran penderita atau penyintas dengan bermain game atau berolahraga dapat menjadi pilihan lainnya. Update berita mengenai COVID-19 tidaklah mengapa, tetapi menyaring informasi mana yang perlu dikonsumsi oleh penderita untuk menghindari kecemasan merupakan hal terpenting untuk menjaga kesehatan mental selama masa pandemi ini.


sumber: Wawancara dengan Bapak Ns. Ulul Azmi Iswahyudi S.Kep., M.Kep.

Penulis,

Evada Lutfi Syahputri

Kelompok G

Relawan Tim TDKB

DPL: Pratiwi Puspito Andini, S.H., M.H

Terbit tanggal 4 Juli 2021
Covid
Bagikan ke lainnya

Artikel Lainnya
  • Judul Artikel
    Pembaruan Sistem Pelayanan pada UPT Perpustakaan UNEJ di Era Pandemi Covid-19

    2 Juli 2021

    Baca Artikel
  • Judul Artikel
    Kondisi Perekonomian Usaha Kesehatan di Tengah Pandemi

    25 Desember 2021

    Baca Artikel
  • Judul Artikel
    Fakta dan Mitos Seputar Kesehatan Selama Pandemi Antibiotik dan Pengobatan Rumahan Bisa Membunuh Virus Corona ?

    20 Januari 2022

    Baca Artikel
  • Judul Artikel
    Relawan Tim TDKB Covid-19 Lakukan Visitasi Rutin di RSGM Universitas Jember

    8 Juni 2021

    Baca Artikel
  • Judul Artikel
    Visitasi Gedung CDAST oleh Relawan Tim TDKB COVID-19 dalam Upaya Pemutusan Rantai Virus COVID-19

    8 Juni 2021

    Baca Artikel
  • Judul Artikel
    Relawan Tim TDKB COVID-19 Lakukan Visitasi di Gedung Biro Akademik Kemahasiswaan dan Alumni

    8 Juni 2021

    Baca Artikel
  • Judul Artikel
    Relawan Tim TDKB COVID-19 Batch 1 Tahun 2021 Lakukan Visitasi Rutin di Fakultas Hukum Universitas Jember

    15 Juni 2021

    Baca Artikel
  • Judul Artikel
    Cek Kelengkapan Protokol Kesehatan Agrotechno Park Universitas Jember, Relawan Tim TDKB COVID-19 UNEJ Lakukan Visitasi Rutin

    29 Juni 2021

    Baca Artikel