-
Pembaruan Sistem Pelayanan pada UPT Perpustakaan UNEJ di Era Pandemi Covid-19
2 Juli 2021
Baca Artikel -
Fakta dan Mitos Seputar Kesehatan Selama Pandemi Antibiotik dan Pengobatan Rumahan Bisa Membunuh Virus Corona ?
20 Januari 2022
Baca Artikel -
Relawan Tim TDKB Covid-19 Lakukan Visitasi Rutin di RSGM Universitas Jember
8 Juni 2021
Baca Artikel -
Visitasi Gedung CDAST oleh Relawan Tim TDKB COVID-19 dalam Upaya Pemutusan Rantai Virus COVID-19
8 Juni 2021
Baca Artikel -
Relawan Tim TDKB COVID-19 Lakukan Visitasi di Gedung Biro Akademik Kemahasiswaan dan Alumni
8 Juni 2021
Baca Artikel -
Relawan Tim TDKB COVID-19 Batch 1 Tahun 2021 Lakukan Visitasi Rutin di Fakultas Hukum Universitas Jember
15 Juni 2021
Baca Artikel -
Cek Kelengkapan Protokol Kesehatan Agrotechno Park Universitas Jember, Relawan Tim TDKB COVID-19 UNEJ Lakukan Visitasi Rutin
29 Juni 2021
Baca Artikel
Hidup Sehat dan Menguntungkan di Masa Pandemi dengan Tanaman Organik

Tren kesadaran akan gaya hidup sehat yang semakin meningkat di masyarakat, terutama di masa pandemi COVID-19 saat ini, membuat banyak inovasi dikembangkan untuk mendukung hal tersebut, salah satunya dengan konsumsi tanaman organik. Tanaman organik menurut Standar Nasional Indonesia (2016) merupakan hasil produksi pertanian atau perkebunan yang bebas dari bahan kimia terlarang, seperti pupuk kimiawi, insektisida kimiawi, maupun tanaman hasil modifikasi (GMO). Selain lebih sehat dikonsumsi, tanaman organik mulai banyak dikembangkan karena potensinya sebagai bisnis rumah tangga dengan profit yang cukup besar.
Dalam aspek kesehatan, tanaman organik dinilai lebih menyehatkan karena bebas residu bahan kimia yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada tubuh. Dampak negatif akumulasi residu mungkin tidak dapat langsung dirasakan oleh masyarakat karena jumlah residu yang tertinggal di produk hasil pertanian atau perkebunan cukup rendah. Namun, paparan dalam jangka panjang telah terbukti pada beberapa penelitian yang mengungkapkan dampak negatifnya terhadap kesehatan manusia.
Sejalan dengan yang disampaikan oleh Dosen Fakultas Pertanian Universitas Jember, Nanang Tri Haryadi, S.P., M.Sc., banyak laporan kasus telah membahas residu bahan kimia dapat tertinggal di ASI milik ibu-ibu pekerja bidang pertanian atau perkebunan yang sehari-hari terpapar bahan kimia, seperti insektisida sintetis. Terlebih lagi, paparan jangka panjang tersebut menjadi salah satu faktor risiko lahirnya anak dengan kelainan bawaan lahir dari ibu-ibu pekerja yang telah lama terpapar.
Dengan konsumsi tanaman organik, tentunya masyarakat dapat menghindari dampak negatif dari adanya residu di produk hasil pertanian atau perkebunan. Produk yang dihasilkan juga umumnya cenderung dihargai lebih mahal di pasaran dibanding produk konvensional karena dijamin bebas residu, ungkap Nanang Tri Haryadi, S.P., M.Sc. pada wawancara bersama penulis (17/12/2021).
Di masa pandemi, mendapatkan tanaman organik di pasaran mungkin akan lebih sulit, ditambah dengan ketakutan akan risiko tertular COVID-19 ketika berbelanja di pasar atau pusat perbelanjaan. Oleh karena itu, budidaya tanaman organik menjadi salah satu solusi untuk meningkatkan kebutuhan gizi yang sehat dan bebas residu di masyarakat. Budidaya tanaman organik sangat mungkin dilakukan sekalipun di lingkungan perumahan dengan lahan sempit. Nanang juga mengungkapkan, budidaya tanaman organik dengan metode vertikultur bisa menjadi siasat pemanfaatan lahan sempit karena tekniknya yang disusun ke atas.
Kombinasi dengan pengelolaan sampah rumah tangga, seperti sisa sayuran, kulit buah, sisa nasi, atau limbah organik dapur lainnya yang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik dan media tanam menjadi hal yang sangat berpotensi dikembangkan di masyarakat. Apalagi jika budidaya dikelola bersama, di satu perumahan misalnya, ketahanan pangan masyarakat menjadi terjamin di masa pandemi ini, tambahnya. Nanang menyebut Kebun Gizi sebagai salah satu hasil yang bisa dicapai dari budidaya tanaman organik ini. Dari situ, masyarakat bisa memanfaatkan hasil tanaman organik berupa sayur mayur, buah-buahan, bahkan tanaman toga, menjadi sumber konsumsi keluarga yang lebih sehat dan bergizi.
Penulis,
Leni Alfiani
Kelompok 22
Relawan Tim TDKB COVID-19 UNEJ 2021 Batch 2
DPL: Nanang Tri Haryadi, S.P., M.Sc.
Terbit tanggal
20 Desember 2021
Covid
Bagikan ke lainnya
Artikel Lainnya