Fakta atau Mitos: Sinar Matahari Dapat Mematikan Virus Corona
Beranda > Artikel > Fakta atau Mitos: Sinar Matahari Dapat Mematikan Virus Corona
bg-artikle

Coronavirus Disease (COVID-19) yang disebabkan oleh virus Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SARS-CoV2) yang termasuk dalam genus beta corona virus, telah menjadi pandemi di seluruh dunia.Respons imun yang disebabkan oleh SARS-CoV2 belum sepenuhnya dapat dipahami. Tetapi berdasarkan mekanisme yang ditemukan pada SARS-CoV dan MERS-CoV didapatkan adanya keterlibatan sel T dan sel B melalui antigen presentation cells(APC).Vitamin D meningkatkan kekebalan alami seluler dengan cara menginduksi peptida antimikroba, yang meliputi human cathelicidin, LL-37,by 1,25-dihdroxyvitamin D dan defensins. Cathelicidin berperan menghambat langsung aktivitas mikroba termasuk bakteri gram-positif, gram-negatif, virus yang mempunyai atau tidak mempunyai enveloped, dan fungi.

Penelitian pada 166 negara mendapatkan hasil bahwa peningkatan suhu 1 C akan menurunkan kasus positif harian sebanyak 3,08% dan 1,19% kematian, sedangkan peningkatan kelembaban sebesar 1% akan menurunkan kasus baru sebanyak 0,85% dan kematian 0,51%. Setiap orang pasti terpapar radiasi ultraviolet (UV) dari matahari, bahan industri komersil dan daur ulang. Emisi dari sinar matahari termasuk cahaya, panas, dan radiasi UV. Paparan sinar matahari memiliki panjang gelombang 100 400 nm dan terbagi menjadi sinar tampak yaitu sinar dengan panjang gelombang 400nm, sebanyak 52% dari keseluruhan sinar matahari, termasuk didalamnya yaitu sinar infrared, dan sinar tidak tampak yaitu sinar dengan panjang gelombang 100 400 nm, termasuk didalamnya yaitu sinar UVA, UVB, dan UVC. Saat cahaya matahari menembus atmosfer, seluruh radiasi UVC dan 90% UVB terserap oleh lapisan ozon, sedangkan UVA tidak. Oleh sebab itu radiasi UV yang mencapai bumi sebagian besar adalah UVA dengan sebagian kecil komponen UVB.Kadar radiasi UV dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya:

Ketinggian matahari; semakin tinggi matahari, maka semakin besar kadar radiasi UV. Kadar radiasi UV ini bervariasi tiap jam per hari, kadar paling tinggi terjadi saat matahari berada pada ketinggian maksimum, sekitar tengah hari pada musim panas.

Garis lintang; semakin dekat daerah ekuator, kadar radiasi semakin tinggi. Indonesia terletak pada 60LU-110LS-950BT-1410BT, berada pada iklim tropis yang memiliki sinar matahari sepanjang tahun, sebagai penduduk negara tropis, bangsa Indonesia seharusnya tidak kekurangan vitamin D.

Keberadaan awan; langit tak berawan membuat kadar radiasi UV makin tinggi, bahkan langit berawan pun masih dapat memancarkan radiasi UV 90%.

Ketinggian daratan; pada dataran yang lebih tinggi, atmosfer lebih tipis sehingga radiasi yang terserap pun lebih sedikit. Setiap peningkatan ketinggian 1000 meter, tingkat radiasi UV meningkat 10% hingga 12%.

Lapisan ozon; lapisan ozon menyerap sebagian radiasi UV yang akan mencapai permukaan bumi. Level ozon bervariasi sepanjang tahun dan bahkan sepanjang hari.

Refleksi daratan; radiasi UV dapat dipantulkan atau tersebar ke berbagai arah berdasarkan permukaan yang berbeda, misalkan salju dapat memantulkan sebesar 80% dari radiasi UV, pasir pantai kering sekitar 15% dan busa laut sekitar 25%.

Di tengah wabah COVID-19 yang melanda hampir seluruh negara, termasuk Indonesia, beragam cara dilakukan masyarakat untuk mencegah semakin meluasnya penyebaran virus corona. Salah satu cara yang dianggap paling mudah dan praktis adalah dengan berjemur. Meski sinar matahari tidak dapat membunuh virus Corona, aktivitas berjemur memiliki manfaat yang tidak sedikit bagi kesehatan. Selain meningkatkan kekuatan tulang dan otot serta daya tahan tubuh, berjemur juga bermanfaat untuk menjaga kesehatan mental dan membuat tidur lebih lelap. Penelitian ilmuwan dari Universitas Aix-Marseille, Prancis menyatakan corona virus bisa bertahan di suhu 60 derajat Celsius, selama sejam. Namun, virus bisa tidak aktif sama sekali dalam waktu 15 menit setelah dipapar suhu 92 derajat.

Sinar ultra violet (UV) telah lama diketahui memiliki efek yang mematikan bagi mikroorganisme sehingga digunakan sebagai salah satu metode disinfeksi mikroorganisme dan metode inaktivasi virus. Sinar ultraviolet dapat diklasifikasikan berdasarkan panjang gelombangnya menjadi UV-A (315-400 nm), UV-B (280-315 nm) dan UV-C (100-280 nm). Sinar UV-C memiliki energi tertinggi dan paling efektif menyebabkan partikel virus menjadi inaktif melalui perusakan DNA dan RNA karena panjang gelombang cahaya yang diabsorbsi maksimum oleh molekul DNA adalah 254 nm. Ketiga jenis sinar UV tersebut secara alami dipancarkan oleh matahari, namun sebagian besar diserap oleh ozon dan uap air di atmosfer dan hanya sebagian kecil mencapai permukaan bumi. Meskipun demikian, sinar UV pada sinar matahari yang mencapai permukaan daratan tetap memiliki efek yang berbahaya bagi mikroorganisme dan virus.

Sinar matahari pagi, terutama sebelum pukul 10.00 pagi, memang memiliki banyak manfaat untuk kesehatan. Ketika terserap oleh kulit, sinar ultraviolet pada cahaya matahari akan merangsang tubuh untuk menghasilkan vitamin D. Vitamin D yang diproduksi oleh tubuh dari proses berjemur di bawah sinar matahari memiliki banyak manfaat bagi kesehatan. Vitamin D dapat meningkatkan kadar kalsium dan fosfor di dalam tubuh, menjaga fungsi otot dan saraf, serta meningkatkan daya tahan atau sistem imun tubuh dalam melawan infeksi.

Sinar matahari dapat membantu dalam melawan penyakit karena dapat efektif dalam membantu produksi vitamin D (Vitamin ini sangat penting untuk menjaga kesehatan tubuh, mengatur siklus tidur jadi lebih teratur, meningkatkan produksi hormon serotonin (lebih bahagia dan tidak mudah cemas), dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh.

Mendapat paparan sinar matahari yang tidak tepat justru sangat berbahaya bagi tubuh karena efek sinar UV yang dipaparkan oleh sinar matahari, yaitu:

-Sinar UVA dan UVB:

- mencapai permukaan bumi.

- paparan berlebihan terhadap sinar ini dapat menyebabkan:

a. Terbakar sinar matahari

b. Penuaan kulit dini, termasuk bintik-bintik penuaan dan kerutan

c. Kulit kecokelatan/terbakar

d. Kanker kulit, termasuk melanoma

-Sinar UVC:

- tidak dapat mencapai permukaan bumi karena dihalangi oleh atmosfer bumi

- membahayakan semua bentuk kehidupan, termasuk virus corona.

- Digunakan untuk mendisinfeksi kamar rumah sakit

(Anjuran berjemur adalah 5-15 menit selama 2-3 kali per minggu, hindari jam 10.00-16.00 karena terdapat radiasi ultraviolet).

Berdasarkan hasil-hasil penelitian, terdapat bukti-bukti ilmiah yang mendukung pendapat bahwa peluang kejadian penularan virus SARS-CoV-2 di luar ruangan yang terpapar sinar matahari langsung lebih rendah dibandingkan dengan di dalam ruangan, karena sinar matahari menyebabkan virus menjadi tidak aktif. Namun demikian, perlu dicatat bahwa inaktivasi virus oleh sinar matahari dipengaruhi pula oleh kondisi cuaca terutama penutupan oleh awan. Karena itu, tingkat inaktivasi virus di luar ruangan oleh sinar matahari akan bervariasi dari hari ke hari. Faktor lingkungan lain juga diyakini memiliki efek terhadap daya tahan virus SARS-CoV-2 di udara bebas, yaitu suhu dan kelembaban udara.


Penulis : Latifa Nur Natasyabila

Kelompok 8 TTDKBC Batch 2 2021

Narasumber : dr. Mohammad Ihwan Narwanto, M.Sc dan dr. Dini Agustina, M. Biomed

DPL : drg. Dyah Irdantin, M.Kes.

Terbit tanggal 20 Januari 2022
Covid
Bagikan ke lainnya

Artikel Lainnya
  • Judul Artikel
    Pembaruan Sistem Pelayanan pada UPT Perpustakaan UNEJ di Era Pandemi Covid-19

    2 Juli 2021

    Baca Artikel
  • Judul Artikel
    Kondisi Perekonomian Usaha Kesehatan di Tengah Pandemi

    25 Desember 2021

    Baca Artikel
  • Judul Artikel
    Fakta dan Mitos Seputar Kesehatan Selama Pandemi Antibiotik dan Pengobatan Rumahan Bisa Membunuh Virus Corona ?

    20 Januari 2022

    Baca Artikel
  • Judul Artikel
    Relawan Tim TDKB Covid-19 Lakukan Visitasi Rutin di RSGM Universitas Jember

    8 Juni 2021

    Baca Artikel
  • Judul Artikel
    Visitasi Gedung CDAST oleh Relawan Tim TDKB COVID-19 dalam Upaya Pemutusan Rantai Virus COVID-19

    8 Juni 2021

    Baca Artikel
  • Judul Artikel
    Relawan Tim TDKB COVID-19 Lakukan Visitasi di Gedung Biro Akademik Kemahasiswaan dan Alumni

    8 Juni 2021

    Baca Artikel
  • Judul Artikel
    Relawan Tim TDKB COVID-19 Batch 1 Tahun 2021 Lakukan Visitasi Rutin di Fakultas Hukum Universitas Jember

    15 Juni 2021

    Baca Artikel
  • Judul Artikel
    Cek Kelengkapan Protokol Kesehatan Agrotechno Park Universitas Jember, Relawan Tim TDKB COVID-19 UNEJ Lakukan Visitasi Rutin

    29 Juni 2021

    Baca Artikel