Sejauh ini menunjukan bahwa kelompok orang yang paling berisiko virus Covid-19 adalah orang dengan riwayat penyakit kronis dan lansia. Orang dengan riwayat penyakit kronis memiliki sistem kekebalan tubuh yang rendah. Berdasarkan informasi dari WHO, gejala berat dan komplikasi serius akibat COVID-19 lebih sering dialami oleh orang lanjut usia dan orang dengan kondisi medis tertentu, misalnya orang yang menderita penyakit tidak menular (PTM) kronis. Penyakit tidak menular kebanyakan bersifat kronis, yaitu terjadi secara perlahan dan bisa menetap dalam jangka waktu yang lama. Selain berlangsung lama, penyakit kronis juga dapat menyebabkan kondisi kesehatan penderitanya menurun secara bertahap, sehingga rentan terkena infeksi. Menurut beberapa studi, orang yang terinfeksi virus COVID-19 dan menderita penyakit kronis atau penyakit komorbid memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami gejala berat yang fatal, seperti halnya pada lansia.

Menurut Dokter Spesialis Paru di RSD Soebandi Jember sekaligus Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Jember, dr. Angga Mardro Raharjo, Sp.P (Narasumber) menyebutkan bahwa anak penyandangan disabilitas juga sangat rentan terpapar COVID-19. Anak akan bergantung pada orang tua dan pendamping untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, mobilitas, dan komunikasi. Ragam disabilitas memerlukan penanganan yang berbeda. Anak penyandang disabilitas dengan ragam yang berbeda akan menerima informasi tentang COVID-19 dengan cara yang berbeda pula. Hal ini menyebabkan kendala bagi anak penyandang disabilitas dalam memahami pencegahan COVID-19 secara utuh sehingga rentan tertular. Peran orang tua sangat penting untuk mengedukasi dan mendampingi anak penyandang disabilitas selama masa pandemi sesuai protokol kesehatan yang berlaku.

Pada umumnya penyebab penyandang disabilitas berisiko terinfeksi virus COVID-19, antara lain hambatan fisik atau mobilitas untuk mengakses fasilitas kebersihan, kecenderungan menyentuh banyak benda umum, kesulitan dalam menjaga jarak fisik dengan orang lain, dan kesulitan mengakses informasi terkini. Selain itu, penyandang disabilitas berisiko terinfeksi virus corona COVID-19 lebih parah karena virus ini dapat memperburuk masalah kesehatan yang pernah dimilikinya.

Dengan keterbatasan yang dimiliki, penyandang disabilitas masih bisa melakukan beberapa cara untuk mengurangi risikonya terinfeksi virus COVID-19, antara lain menghindari keramaian yang memungkinkan penularan virus, bekerja dari rumah dengan pendampingan orang lain, dan mendisinfektan alat-alat penunjang yang digunakan seperti kursi roda, tongkat atau yang lainnya. Selain itu, penyandang disabilitas pasti juga membutuhkan dukungan dari orang di sekitarnya. Salah satunya, semua orang perlu mengganggap bahwa virus corona COVID-19 ini sebagai sesuatu hal yang serius.

Penulis,

Fajri Prasetya

Kelompok 27

Relawan Tim TDKB COVID-19 UNEJ 2021 Batch 2

DPL : drg. Elyda Akhya Afida Misrohmasari, MIPH.